1. Cemas
Rasa cemas ini
paling sering dialami anak batita. Contoh, cemas berpisah dari orangtua
karena berpikir akan terjadi sesuatu yang buruk menimpa orangtuanya;
cemas berada di lingkungan baru, semisal ketika mulai bersekolah, dan
sebagainya. Kecemasan yang timbul sering kali disertai gejala-gejala
fisiologis maupun perilaku seperti gelisah, berkeringat dingin,
berdebar-debar, sulit konsentrasi, susah tidur, dan sebagainya.
Kondisi-kondisi ini berpengaruh pada pola makan anak, termasuk membuat
anak jadi susah makan.
2. Depresi
Anak yang depresi
bisa mengalami dua masalah makan, yaitu makan berlebihan/tidak
terkendali sehingga membuatnya obesitas atau ia menjadi sulit makan.
Depresi banyak dialami anak usia sekolah. Penyebabnya bermacam-macam.
Ada yang karena menjadi korban bully seperti diejek, digoda, mendapatkan kekerasan, dan sebagainya.
3. Pola relasi yang tak bagus dengan orangtua.
Ketika anak makan
dan rewel, lalu direspons orangtua dengan tidak sabar dan memaksa anak,
maka peristiwa makan menjadi hal yang tidak menyenangkan. Akibatnya,
anak pun jadi susah makan. Dalam hal pola asuh, orangtua tidak mengajari
anak untuk mengonsumsi makanan yang bervariasi alias hanya menyediakan
makanan yang itu-itu saja. Ini membuat anak tidak belajar mengenal rasa
dan jenis makanan yang beragam. Akibatnya, anak menjadi pilah-pilih
makanan dan makan yang itu-itu saja. Ujung-ujungnya, anak pun akan susah
makan.
Selain itu faktor psikologis yang dapat
mengganggu anak susah makan, seperti kondisi rumah tangga yang
bermasalah, suasana makan yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan
bersama orangtua, maupun anak dipaksa memakan makanan yang tidak
disukai.
Cara Mengatasi Anak Susah Makan
Cara mengatasi anak susah makan
ini harus dilihat secara detai apa faktor penyebabnya, apabila secara
medis tak ada masalah, biasanya anak yang sulit makan akan dirujuk
kepada psikiater/psikolog. Psikiater/psikolog akan mencari latar
belakang masalah dari segi kejiwaan si anak. Para ahli juga akan
memberikan saran untuk mengatasi masalah psikis tersebut, sehingga bila
sudah berhasil diatasi, diharapkan perilaku makan anak akan membaik.
- Di rumah, orangtua sebenarnya bisa mengenali masalah psikis pada anak lewat terapi bermain. Biasanya cara ini dilakukan pada anak yang masih kecil hingga usia batita. Saat bermain, orangtua bisa mengamati dan menganalisis bagaimana pola bermain anak dari kisah-kisah yang diperlihatkan. Misal, dalam bermain anak selalu memilih peran utama binatang buas yang menerkam binatang lemah. Bila pola ini selalu berulang, ini merupakan pertanda penting, anak merasa dirinya selalu jadi objek/korban dari pola asuh /perilaku, apakah orangtua atau teman. Lewat terapi bermain, konflik permasalahan anak dapat ditelusuri, kemudian diatasi sesuai penyebabnya.
- Terapi bermain juga dapat digunakan untuk memperbaiki relasi antara orangtua dan anak. Karena dalam bermain, orangtua dapat belajar bagaimana merespons anaknya. Namun, perlu dipahami, terapi bermain yang dilakukan ini tidak serta merta berdampak langsung pada pola makan anak. Artinya, setelah relasi/pola asuh diubah tidak serta merta perilaku sulit makan anak teratasi. Perlu proses dan waktu yang cukup hingga akhirnya terjadi perubahan perilaku makan pada anak. Selain terapi bermain, orangtua juga bisa melakukan terapi kognitif, utamanya pada anak yang lebih besar. Anak dibantu mengatasi kondisi cemas atau depresinya dengan mengubah cara berpikirnya. Lakukan dengan pendekatan komunikatif, anak diajak mengungkapkan perasaannya, sehingga ia merasa nyaman dan tenang. Lakukan komunikasi pada anak sesuai tahapan usianya.
- Lakukan introspeksi diri atas sikap dan pola asuh terhadap anak, mungkinkah selama ini kerap bersikap otoriter atau overprotektif, sehingga membuat anak merasa cemas, marah, dan tak nyaman. Orangtua diharapkan bisa mengubah cara berpikirnya.
- Mengajarkan perilaku makan yang baik. Sediakan menu makanan yang bervariasi agar anak mengenal banyak rasa dan jenis makanan. Jadilah model yang baik dengan membiasakan makan bersama di meja makan. Makan bersama merupakan ajang interaksi penting antara orangtua dan anak. Orangtua juga bisa menjadi teman menyenangkan di meja makan. Dengan begitu, hubungan orangtua dan anak semakin erat.
- Jadikan saat makan menyenangkan. Hindari mengancam, menghukum, atau menakut-nakuti anak agar ia makan lebih banyak. Ini akan membuatnya merasa bahwa saat makan merupakan saat yang tidak menyenangkan. Dan bukan tak mungkin menimbulkan trauma psikologis baginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar